Allah adalah tuhan kita, tuhan bagi seluruh umat Islam di muka bumi ini. Seperti yang sering kita dengar dari ibu, ayah, ataupun guru kita di sekolah bahwasannya Tuhannya orang Islam adalah Allah Taala yang wajib kita imani dan kita patuhi. Meskipun terkadang kata orang Tuhan seseorang tergantung dari siapa dia dilahirkan, misalnya seorang anak yang dilahirkan dari orang tua yang muslim maka anaknya juga akan menjadi muslim sebagaimana orang tuanya, demikian sebaliknya jika seorang anak dilahirkan di tengah keluarga non muslim maka anaknya juga akan hidup dalam keadaan non muslim dalam artian menganut agama selain Islam. Disini yang akan kita bahas hanyalah tentang tuhannya orang muslim atau tuhan kita, yaitu Allah SWT. Allah SWT mempunyai banyak kesempurnaan salah satunya pada sifat-sifatNya yang akan kita bahas hingga ke akar-akarnya. Agar kita semua tahu bagaimana sifat-sifat Allah itu, dan akan menambah wawasan dan pengetahuan kita terhadap Allah sehingga diharapkan kita akan lebih mengenal Allah lebih dekat lagi.
Sesungguhnya ada tiga jenis sifat yang dimiliki Allah SWT. Yaitu sifat wajib, mustahil dan jaiz. Adapun sifat wajib Allah adalah sifat kesempurnaan yang pasti dimiliki Allah SWT jumlahnya ada 20 sifat. Dan sifat mustahil Allah adalah sifat-sifat-sifat yang mustahil dimiliki Allah SWT jumlahnya ada 20 juga. Dan sifat jaiz atau mubah bagi Allah adalah jumlahnya hanya satu yaitu Allah SWT berkehendak sesuatu atau tidak berkehendak.
Berikut tabel sifat-sifat Allah tersebut.
NO | SIFAT WAJIB | SIFAT MUSTAHIL | ||
1 | Wujud | Ada | Adam | Tidak ada |
2 | Qidam | Dahulu | Hudus | Baru |
3 | Baqa’ | Kekal | Fana | Rusak |
4 | Mukholafatuhu lil hawadits | Berbeda dengan ciptaanNya | Mumatssalatul lil hawadits | Sama dengan ciptaanNya |
5 | Qiyamuhu binafsihi | Berdiri dengan sendirinya | Ihtiyaju lighoirihi | Membutuhkan yang lain |
6 | Wahdaniyyah | Esa atau tunggal | Ta’addud | Berbilang |
7 | Qudrah | Berkuasa | ‘Ajzun | Lemah |
8 | Iradah | Berkehendak | Karahah | Terpaksa |
9 | Ilmu | Mengetahui | Jahlun | Bodoh |
10 | Hayat | Hidup | Mautun | Mati |
11 | Sam’un | Mendengar | Samamum | Tuli |
12 | Basar | Melihat | Umyun | Buta |
13 | Kalam | Berkata | Bukmun | Bisu |
14 | Qadirun | Yang berkuasa | ‘Ajizun | Yang maha lemah |
15 | Muridun | Yang berkehendak | Mukrahun | Yang maha terpaksa |
16 | Alimun | Yang mengetahui | Jahilun | Yang maha bodoh |
17 | Hayyun | Yang hidup | Mayyitun | Yang mati |
18 | Sami’un | Yang mendengar | Ashamma | Yang maha tuli |
19 | Basirun | Yang maha melihat | A’maa | Yang maha buta |
20 | Mutakallimun | Yang berbicara | Abkama | Yang maha bisu |
Allah mempunyai sifat-sifat yang wajib kita imani, dengan mengimani sifat-sifat Allah SWT itu, kita akan lebih mengenal Allah SWT yang telah menciptakan semua makhluk dan ciptaanNya yang ada di bumi dan di langit. Kita akan lebih dekat dengan Allah dalam artian dekat secara batin yaitu hati kita akan selalu mengingat Allah dimanapun dan kapan pun kita berada.
Dengan mengetahui sifat-sifat Allah di atas, insya Allah akan menambah keyakinan dan keimanan serta kecintaan kita terhadap Allah SWT.
Sekarang mari kita telusuri sifat-sifat yang wajib kita imani itu.
Sifat-sifat Allah SWT yang wajib kita imani ada 20 sifat yaitu:
- Wujud, artinya ada. Sifat mustahilnya ‘Adam artinya tidak ada.
Allah itu ada, dan memang tidak mudah membuktikan bahwasannya Allah itu ada, kecuali bagi orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang percaya sepenuhnya bahwasannya Allah yang menciptakan manusia itu memang benar adanya. Dan dari mana kepercayaan seseorang itu bisa muncul. Dengan membaca bukti-bukti atau yang disebut dalil-dalil dalam Al Qur’an yang berbicara tentang adanya Allah SWT. Seperti dalam firman Allah :
“Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al-A'râf: 54)
Sebagaimana yang telah dikatakan dalam firman Allah di atas, bahwasannya Allah lah yang menciptakan langit dan bumi, bulan, bintang, dan seluruh benda-benda yang ada di langit serta semua makhluk yang ada di bumi termasuk juga kita sebagai manusia. Subhanallah, kedahsayatan ciptaan Allah tiada bandingannya, tidak ada yang bisa menyaingi kekuasaan Allah. Dari hasil ciptaan Allah itulah kita bisa membuktikan adanya Allah sebagai pencipta kita.
Seperti yang telah ditulis oleh ibu Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul “Islam dan kesehatan mental“ bahwa Tuhan itu betul-betul ada, walaupun pembuktian tentang ada-Nya itu tidak mungkin, apabila yang dimaksudkan zat-Nya. Kemampuan ilmu pengetahuan sangat terbatas, sedangkan pembuktian Zat Allah di luar kemampuan ilmu pengetahuan.
Zat Tuhan yang maha esa tidak dapat dilihat dengan mata, tidak dapat diraba dengan tangan dan tidak dapat dirasa dengan lidah, tidak dapat dicium dengan hidung dan tidak bisa didengar dengan telinga. Semua panca indera manusia tidak membuktikanNya. Namun kita wajib meyakini bahwa Allah itu wujud (ada).
Adapun anjuran berfikir bertujuan menyadarkan manusia tentang sifat wujud dan Maha kuasanya Allah. Perkara-perkara yang bisa dipikirkan adalah tentang diri sendiri. Allah mulakan kejadian kita hanya dari setitik mani. Harga setitik mani lebih rendah dari harga sebiji padi, kalau saja Allah tidak menanamkannya ke dalam rahim wanita. Tidak juga akan berharga kalau Allah tidak memelihara, menghidupkan dengan memberi segala keperluan untuk tinggal di dalam rahim. Belum juga akan berharga sekiranya Allah tidak memudahkan jalan keluar baginya ke atas bumi, dan juga akan berharga kalau tidak dibesarkan Allah serta diberi akal pikiran. Pikirkan pula nikmat-nikmat Allah yang kita gunakan saat ini. Mata, telinga, kaki, tangan dan semuanya sangat penting untuk keperluan hidup. Allah karuniakan tanpa menagih bayaran sesen pun dari kita. Apa lagi harga mata, telinga, lidah, hati dan akal yang Allah karuniakan, sesungguhnya tidak ternilai. Dengan apa akan dibalas pemberian begitu besar? Pikirkan pula apakah kita sudah berterima kasih kepada Allah? Sudahkah kita tunaikan suruhan-Nya? Sudah berhentikah kita dari membuat perkara-perkara yang dilarang-Nya? Cukupkah sudah bakti kita sebagai hamba, untuk membalas pemurah dan kasih sayang Allah pemelihara kita itu? Sesudah berpikir dan membuat kesimpulan, hati terus terbuka, terasa kewujudan, kepemurahan dan kekuasaan Allah SWT. Selanjutnya hati akan menyadarkan akal tentang perlunya Allah itu disembah. Hati selanjutnya akan mengarahkan kaki, tangan dan seluruh anggota lahir menunaikan perintah Allah dan berhenti dari mengerjakan larangan-laranganNya. Kalau tidak begitu, sangat sesuailah ditangiskan, karena butanya hati sebenarnya lebih parah dari butanya mata. Kemudian dongakkan muka ke langit! Lihat matahari yang naik dan turun, memberi panas dan menjadikan waktu bermusim-musim, bulan yang mengecil dan membesar, menjadikan malam kadang-kadang gelap, kadang-kadang terang, menjadikan air laut pasang dan surut. Lihat bintang – bintang yang berkerdipan, menghias langit indah berseri-seri. Lihatlah semua itu Sebutlah Allah! Resapkan di hati betapa kuasanya Dia. Pemurahnya Dia. Dengan itu mudah-mudahan akan lembutlah hati untuk tunduk menyembah dan mengabdikan diri pada-Nya. Bersabda Rasulullah SAW yang artinya: ”Siapa yang mendongak ke langit, melihat bulan dan bintang, kemudian terasa dihatinya betapa kuasa-nya Allah, maka sebanyak jumlah bintang-bintang itulah dosanya diampunkan.” Demikianlah semua itu membuktikan wujud dan Maha Berkuasanya Allah SWT.
- Qidam, artinya dahulu atau awal. Sifat mustahilnya Hudus artinya baru.
Sifat yang kedua ini menunjukkan bahwasannya Allah adalah awal dari semuanya. Adanya Allah yang paling awal sebelum adanya alam semesta ini, sebelum adanya makhluk dan semua hasil ciptaanNya. Seperti dalam firmanNya yaitu surat Al Hadid ayat 3 yang artinya : “ Dialah yang awal dan yang akhir, yang zhahir dan yang bathin, dan Dia maha mengetahui segala sesuatu.” (QS Al Hadid: 3)
Telah jelas dikatakan bahwa Allah lah yang awal. Yang dimaksud “Yang awal” dalam ayat di atas adalah yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, “Yang akhir” yaitu yang tetap ada sebelum segala sesuatunya musnah. “yang zhahir” yaitu yang maha tinggi, tiada di atasNya sesuatu apapun. Dan Al Batin yaitu yang tidak ada sesuatu apapun yang menghalangiNya dan Dia lebih dekat kepada makhlukNya daripada makhluk itu sendiri kepada dirinya.
Adanya Allah berbeda dengan adanya alam semesta ini, karena Allah paling awal ada. Misalnya, adanya hujan didahului oleh adanya penguapan air laut, terjadinya penguapan logam didahului oleh adanya panas. Nah, adanya Allah SWT tidak didahului oleh apapun atau siapapun, karena Allah adalah yang dahulu adanya daripada apapun yang ada di bumi maupun di langit, tidak ada yang mendahuluinya. Dan tidak mungkin juga hasil ciptaan lebih dulu ada daripada yang menciptakan.
Allah tidak berpermulaan ada-Nya. Mustahil Ia berpermulaan ada-Nya, karena kalau Ia berpermulaan ada-Nya maka samalah ia dengan makhluk. Kalau Ia sama dengan makhluk maka Ia bukan Tuhan. Selain dari pada itu, kalau Ia berpermulaan adaNya, maka siapakah yang menjadikan makhluk yang terdahulu dari padaNya?
Alam ciptaan Allah ini berpermulaan, Allahlah yang menciptakan semuanya. Begitu teratur dan canggihnya pentadbiran Allah sehingga sampai sekarang para professor dan scientist yang mencoba menafikan wujudnya Allah belum dapat membuktikan bahwa alam semesta ini terjadi sengan sendirinya. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa alam ini mesti dicipta oleh Allah. Hasil kajian ilmiah mereka juga belum dapat mengira berapa banyak alam ini dan bagaimana alam-alam itu dicipta oleh Allah.
Manfaat kita mempelajari sifat yang qidam ini adalah, bahwasannya sebelum segala sesuatu terjadi atau diciptakan ada yang berkuasa yang telah menjadikan semua ini secara sempurna. Kita hanya sebagai makhluk hidup yang lemah dan tidak mempunyai daya apapun dibandingkan denganNya sang pencipta jagad raya. Oleh sebab itu, kita mesti menyadari bahwasannya kita tidak ada apa-apanya jika disbandingkan dengan Allah yang maha agung. Kita harus meminta, memohon serendah-rendahnya kepada Allah agar Allah senantiasa melindungi kehidupan kita, agar kita mendapatkan ketenangan di dalam menjalani kehidupan di alam semesta ini. Karena hanya Allah yang maha menentukan kea rah mana hidup kita selanjutnya, kita sebagai manusia biasa hanya bisa berusaha dan terus berusaha kemudian berdoa, biarlah Allah yang maha kuasa yang mengarahkan kehidupan kita selanjutnya.
- Baqa’, artinya kekal. Sifat mustahilnya Fana, artinya rusak.
Allah itu kekal, maksudnya Allah tidak akan rusak ataupun hancur, Allah akan tetap abadi tidak akan mati, akan tetap ada. Berbeda dengan semua makhluk dan hasil ciptaanNya yang akan musnah, rusak, mati, hancur dan binasa. Hanya Allah yang akan abadi. Seperti dalam firman Allah SWT dalam surat Ar Rahman ayat 26-27 yang artinya : “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal wajah Rabbmu yang mempunyai kekuasaan dan kemuliaan.” (QS. Ar Rahman : 26-27). Semua makhluk baik manusia, tumbuhan, hewan ataupun benda-benda apapun yang ada di bumi maupun di langit semuanya akan hancur dan binasa. Tidak ada yang kekal kecuali Allah SWT. Allah SWT, tak akan berpenghujung kehidupan Allah SWT, artinya Allah SWT tak akan meninggal dunia. Hidupnya Allah SWT dapat menghidupkan yang lain, berbeda dengan hidupnya makhluk, tak seorangpun sanggup menghidupi yang lainnya.
Dan Allah tidak mungkin akan habis karena kalau Ia tidak ada lagi , maka siapakah yang menjadi Allah sesudah-Nya? Allah kekal buat selama-lamanya dan Ia akan mengekalkan pula syurga dan neraka bersama penghuni-penghuninya. Dalil dalam Al-Quran bahwa Allah bersifat kekal ialah:
Artinya : “Segala sesuatu akan lenyap kecuali Zat-Nya.” (QS. Al Qashash: 88). Berbeda Allah dengan makhluk/alam ciptaan Allah ini yang akan lenyap, kecuali yang dikekalkan oleh Allah. Para scientist juga sampai pada kesimpulan bahwa suatu saat alam semesta ini akan hancur.
Dari pengenalan sifat Allah ini, seharusnya kita sebagai manusia tidak berbangga-bangga diri, menyombongkan harta benda, ilmu yang kita miliki, fisik yang cantik dan tampan atau apapun yang menjadi kebanggaan kita. Karena semua itu hanyalah sementara, semua itu akan binasa, tidak ada yang kekal, kita semua akan mati dan kembali kepada Allah tanpa membawa apapun, yang kita bawa hanyalah kain kapan yang terselubung di tubuh kita. Jadi buat apa berbangga-bangga diri karena kita hanyalah makhluk yang kerdil di hadapanNya, kita tidak punya apa-apa, hanya Allah yang berhak atas semuanya, semua yang kita miliki adalah kuasa Allah SWT, semuanya milik Allah SWT. Dan apaila kita semua sudah mati, tidak ada satu orang pun yang bias menolong kita termasuk keluarga khususnya orang tua kita, semua tidak akan bias menolong kita. Yang bias menolong hanyalah amalan baik yang kita lakukan selama hidp kita. Yang bias menolong kita hanyalah Allah SWT. Namun apabila roh sudah terpisah dari jasad tak ada lagi kesempatan kita untuk memohon ampunan kepada Allah, jadi selama kita masih diberikan kesempatan untuk bernafas marilah kita jalani kehidupan ini dengan selalu berbuat baik, bertaqwa kepada Allah yaitu selalu mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi segala apa yang telah Allah larang untuk kita lakukan. Mari berlomba-lomba dalam kebaikan!
- Mukholafatuhu lil hawadits, artinya berbeda dengan hasil ciptaanNya. Sifat mustahilnya adalah Mumatsalatuhu lil hawadits, artinya sama (serupa) dengan makhluknya.
Mukholafatuhu lil hawadits, berbeda dengan hasil ciptaanNya. Allah berbeda dengan semua makhluk ciptaanNya. Bukan hanya makhlukNya tapi juga semua benda-benda baik di bumi dan langit yang telah Allah ciptakan tidak ada yang menyerupai Allah. Itulah keistimewaan dan keagungan Allah SWT. Coba kita renungkan seorang pelukis berbeda dengan hasil lukisannya, seorang pemahat berbeda dengan hasil pahatannya, penjahit berbeda dengan hasil jahitannya. Begitu juga Allah yang telah menciptakan semuanya IA berbeda dengan hasil ciptaanNya. Maha agung Allah yang telah menciptakan semuanya secara sempurna. Sebagaimana firman Allah SWT, dalam surat Asy Syura ayat 11 yang artinya : “ Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah yang maha mendengar lagi maha melihat.” (QS. Asy Syura: 11).
Allah berlainan atau berbeda dengan sekalian makhluk, mustahil Ia sama dengan makhluk yang Ia ciptakan. Kalau Allah serupa dengan makhluk, maka Ia bukan Tuhan lagi, karena itu mustahil (tidak mungkin) Ia serupa.
Allah Maha Besar, Tinggi, Agung dengan segala kebesaran, ketinggian dan keagungan-Nya, tidak ada suatu jua diantara makhluk yang menyerupai-Nya dalam kebesaran, ketinggian dan keagunganNya itu.
Barang siapa yang mengatakan bahwa Allah duduk serupa duduk kita di atas kursi, atau turun serupa turun kita dari tangga atau mempunyai muka serupa dengan muka kita atau mempunyai kaki serupa kaki kita maka orang itu menentang dan ia akan menurunkan derajat Allah.
Seperti dikatakan Allah tidak sama dengan makhluk ciptaanNya. Bila kita faham kedudukan makhluk, tahu kedudukan barang ciptaan Allah kemudian kita tidak tahu bagaimana Allah, itulah ilmu. Kalau kita tahu bagaimana Allah , itu pembohongan bukan ilmu, artinya kita sudah sesat. Kalau sesat dari segi syariat kedudukannya mungkin haram saja. Begitu juga sesat dari segi tasawuf. Tapi kalau sesat di sudut aqidah dapat mengakibatkan syirik. Ya, syirik. Yaitu menyekutukan Allah dengan selain Allah, menyembah tuhan selain Allah. Naudzubillahi min dzalik, sebisa mungkin harus kita hidarkan sifat tersebut. Karena syirik merupakan dosa besar yang sulit diampuni Allah. Kita harus menjadikan Allah hanya satu, tanamkan dalam hati kita bahwa hanya ada satu tuhan kita, Dialah tuhan yang wajib disembah, Dialah Allah SWT.
Contoh perbedaan antara Allah dan makhluk:
- Kalau makhluk berada dalam masa, Allah tidak ada dalam masa. Kalau makhluk terlibat dalam malam dan siang. Allah tidak terlibat dalam malam dan siang.
- Allah juga tidak memerlukan ruang seperti makhluk. Sedangkan makhluk, kalau tidak berada di kanan, dia di kiri. Kalau tidak ada di atas dia di bawah. Kalau tidak berada di depan dia di belakang. Tapi Allah tidak begitu. Allah tidak bertempat. Dia tetap bersama kita di mana kita berada. Tapi dia tidak berada macam kita berada. Tidak pula dia diistilahkan jauh dan dekat mengikut ukuran benda. Jauhnya tidak berjarak, dekatanya tidak pula sempadan.
- Tidak tahunya kita tentang Allah, itulah tahu, itulah arti ilmu. Berarti kita tahu tentang Allah. Kalau tentang makhluk tidak tahu, itu memang tidak tahu. Sedangkan tentang Allah, bila tidka tahu itulah pengetahuan.
- Allah itu tidak terlibat dengan masa, sebab ia yang menciptakan masa. Sedangkan makhluk terlibat dengan masa.
Dengan memahami sifat Allah ini, diharapkan semoga kita tidak terjebak dengan sifat takhayul dan syirik yaitu menyembah selain Allah dan menyekutukan Allah dengan sesuatu selainNya. Tidak ada sesuatu apapun yang wajib kita sembah kecuali Allah SWT. Menyembah selain Allah merupakan dosa besar yang wajib kita hindarkan. Naudzubillahi min dzalik.
- Qiyamuhu binafsihi, artinya berdiri dengan sendirinya tanpa bantuan orang lain. Sifat mustahilnya ihtiyaju lighairihi, artinya berdiri dengan bantuan orang lain.
Allah bersifat Qiyamuhu Binafsihi. Artinya ialah bahwa Allah berdiri sendiri dan tidak memerlukan pertolongan orang lain, mustahil memerlukan pertolongan orang lain. Kalau Ia memerlukan pertolongan orang lain maka Ia adalah lemah, tidak sempurna dan tidak berhak menjadi Tuhan. Tuhan Allah Kuasa, gagah, tegak, berdiri sendiri, tidak memerlukan pertolongan siapapun juga. Ia sudah sempurna tidak memerlukan apa-apa.
Seandainya seluruh manusia sepakat untuk menjadi kafir dan tidak menyembahNya, kesempuraanNya tidak berkurang. Begitu juga bila seluruh manusia sepakat untuk menyembah dan mengabdikan diri kepadaNya, kesempurnaanNya tidak bertambah. Allah tidak memerlukan ibadah atau apa saja dari makhluk ciptaanNya. Sebaliknya merekalah yang berhajat dan memerlukan pertolongan dari Allah setiap saat. Tanpa pertolongan Allah tidak mungkin makhluk akan ada, hidup dan berbuat apa saja.
Allah ciptakan makhluk seperti manusia, gunung, sungai, binatang dan lain-lain setidak-tidaknya ada 2 tujuan:
Allah ingin memperlihatkan kebesarannya, Allah tidak berhajat pada itu semua. Allah ciptakan berbagai bagai, tetapi Allah hanya bermaksud menunjukkan Allah Maha Besar, Maha Agung, Maha Hebat dan lain-lain. Keperluan makhluk itu sendiri. Apa yang Allah ciptakan itu, faedahnya kembali pada makhluk bukan kepada Allah. Dalil Allah bersifat Qiyamuhu Binafsihi ini dalam Al-Quran yang artinya: “Bahwasanya Allah tidak memerlukan makhluk” (Al-Ankabut: 6)
Kita sebagai makhluk hidup pasti membutuhkan bantuan dari orang lain, dari manusia yang lain, kita butuh pertolongan jika kita sedang berada dalam situasi yang sulit. Misalnya seseorang yang sedang mengangkat barang-barang besar dan amat berat tidak bisa melakukan pekerjaan dengan cepat jika ia seorang diri melakukannya karena itu membutuhkan bantuan orang lain agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah dan cepat. Tapi Allah berbeda dengan makhluknya, Allah berbeda dengan kita sebagai manusia yang selalu memerlukan bantuan yang lain. Kita dilahirkan oleh orang tua kita, tumbuh dan berkembang karena ada orang tua yang merawat kita. Dan sampai saat ini pun kita tidak lepas dari bantuan orang lain. Berbeda dengan Allah yang tidak memerlukan bantuan yang lain, Allah menciptakan semua dengan sendirinya tanpa meminta bantuan yang lain. Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 2 yang artinya, “Allah tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Allah Dia. Yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk hidupNya.” (QS. Ali Imran: 2)
Maksudnya Allahlah yang mengatur urusan di langit dan di bumi. Allah tidak memerlukan bantuan siapapun karena Dia berdiri sendiri tanpa bantuan apapun.
Dari pemahaman tentang sifat ini diharapkan agar kita bisa mengimani akan kekuasaan Allah SWT yang telah menciptakan semuanya dengan sendiriNya tanpa ada campur tangan dari yang lain apalagi manusia. Tidak ada yang bisa menandingi keagunganNya, hanya Allah yang bisa.
- Wahdaniyyah, artinya esa atau tunggal. Sifat mustahilnya, ta’addud artinya berbilang atau lebih dari satu.
Allah itu esa, artinya satu. Tiada tuhan selain Allah yang maha esa. Keesaan Allah itu mutlak artinya meliputi zat, sifat, maupun perbuatanNya. Meyakini keesaan Allah hal yang amat prinsipil, karena orang yang dianggap muslim atau tidak tergantung pada pengakuannya terhadap keesaan Allah. Hal ini dapat dilihat dari pertama kali seseorang ingin menjadi muslim harus bersaksi akan keesaan Allah, yaitu dengan membaca syahadat tauhid yang berbunyi aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah SWT. Sebagaimana firmanNya dalam surat Al Anbiya ayat 22, yang artinya, “Sekiranya ada di langit dan di bumi, ilah-ilah selain Allah. Tentulah kedua itu sudah rusak binasa. Maka maha suci Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al Anbiya 22).
Sungguh mustahil jika Allah lebih dari satu, dan apabila itu terjadi tentunya tidak akan terjadi penciptaan alam semesta yang amat teratur ini. Dan keteraturan alam semesta ini sudah membuktikan pada kita bahwasannya Allah itu esa atau tunggal.
Dan jika Allah itu lebih dari satu tentu timbul perselisihan atau perbedaan paham antara mereka dan akan binasalah alam ini karena yang satu membawa ke hilir dan yang lain membawa ke mudik. Karena itu Allah Esa, Maha Tunggal. Sebagaimana yang ada di dalam Al-Quran. Yang artinya : “Dan Tuhanmu adalah Allah yang Esa, tiada Tuhan selain Dia, Pengasih dan Penyayang” (Al-Baqarah:163)
Allah itu maha Esa, Allah itu satu. Satu itu kalau pada benda dapat dibelah-belah, tapi Allah tidak dapat dibelah-belah. Berarti satunya Allah juga berbeda dengan satunya makhluk. Satu secara makhluk berbeda dengan Esanya Allah. Satunya makhluk dapat dipecah dan dibagi-bagi, misalnya makhluk itu kalau dia tidak bergerak, dia akan diam. Kalau tidak diam dia akan bergerak. Itulah tabiah makhluk. Allah tidak dapat dikatakan gerak atau diam. Kita tidak tahu bagaimana, hanya Allah yang tahu.
Kalau ada yang berkata Tuhan itu dua atau lebih artinya Tuhan-Tuhan itu lemah, sebab perlu dua. Yang satu separo dan perlu untuk saling tolong menolong. Ini bukan Tuhan. Katalah Tuhan-Tuhan itu tidak bergaduh, karena mereka berhikmah, tetapi Tuhan-Tuhan itu sudah bekerjasama, artinya lemah. Kalau lemah bukan Tuhan. Sifat kerjasama sifat hamba.
Kalau orang ingin besarkan diri, maka ia akan cari benda-benda yang ada pada dirinya dan tidak ada pada orang lain. Jadi kalau 2 atau lebih Tuhan sama-sama mempunyai sifat yang sama apa yang akan dibanggakan. Tuhan kalau tidak Esa walau mereka dapat berbaik-baik, artinya meletakkan Tuhan lemah. Salah satu sifat khusus Tuhan adalah Esa, tunggal, tidak boleh dipecah-pecah. Kalau dia seperti makhluk, dia bukan Tuhan.
Dari sifat wahdaniyyahnya Allah ini, wajib bagi kita mengimani keesaan Allah SWT. Tiada ilah yang wajib disembah dan dipatuhi kecuali Allah SWT.
- Qudrah, artinya berkuasa. Sifat mustahilnya ‘Ajzun, artinya lemah.
Sifat Allah yang satu ini menunjukkan bahwasannya Allah itu memiliki sifat kuasa. Allah maha berkuasa terhadap apa yang telah Ia ciptakan. Kekuasaan Allah adalah kekuasaan yang sempurna dan tidak terbatas. Berbeda dengan semua manusia yang mempunyai kelemahan dan keterbatasan. Bagi Allah jika Ia sudah berkehendak untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu maka tidak ada yang bisa menghalangiNya. Allah bebas berkehendak karena Dialah yang maha berkuasa atas segala yang ada. Seperti dalam firmanNya dalam surat Al Baqarah ayat 20 yang artinya, “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu” (QS. Al Baqarah : 20).
Dari pengenalan sifat kuasa ini diharapkan agar kita sebagai manusia tidak sepatutnya untuk bersifat sombong dengan kekuasaan yang kita miliki, karena sebesar apapun kekuasaan kita, kekuasaan Allah lah yang paling besar. Dan jika Allah berkehendak maka Ia akan mengambil kekuasaan kita dalam waktu sekejap, dan kita tidak akan berdaya untuk mempertahankannya.
Dari itu marilah merendahkan diri serendah mungkin, meminta dengan penuh harapan kepada Allah Taala karena hanya Allah yang bias mengabulkan semua ingin dan harap kita selama di dunia ini. Hanya Allah yang berkuasa, kita mesti takut akan kuasanya Allah bukan kepada kuasa manusia yang tidak abadi dan akan binasa. Kita tidak boleh merendahkan diri di hadapan manusia lain, kita hanya boleh merendahkan diri kita di hadapan Allah SWT. Mengharap agar Allah memberikan maghfiroh dan ampunanNya kepada kita semua. Itulah yang harus kita lakukan selama hidup di dunia ini.
- Iradat, artinya berkehendak. Sifat mustahilnya karahah, artinya terpaksa.
Allah mempunyai sifat selalu berkehendak, dan kehendak Allah atas segala kehendakNya sendiri bukan karena dorongan atau paksaan yang lain. Dan tidak dipengaruhi oleh pihak lain, atau karena dipaksa oleh yang lain. Kehendak Allah tidak terbatas, Allah bebas berkehendak sesuai dengan kemauanNya tanpa ada satupun yang dapat mencegah atau menghalangiNya. Berbeda dengan manusia yang memiliki keterbatasan dalam berkehendak, kehendak manusia terbatas pada kemampuannya sendiri.
Allah maha berkehendak atas apapun termasuk juga atas takdir manusia. Jika Allah telah berkehendak terhadap nasib atau takdir seseorang maka ia tidak dapat mengelak atau menolaknya. Manusia hanya dapat berusaha dan berdoa, dan hanya Allahlah yang menentukan. Dan kehendak Allah ini juga atas kehendakNya sendiri tanpa ada campur tangan manusia atau hal-hal yang lain. Seperti dalam firmanNya dalam surat Hud ayat 107 yang artinya, “sesungguhnya tuhanmu maha pelaksana atas apa Ia kehendaki.” (QS. Hud: 107)
Jika Allah sudah berkehendak maka tak ada suatu apapun yang bisa menghalangi kehendakNya. Kehendak Allah muncul dariNya sendiri tidak ada unsure dorongan atau paksaan pihak lain. Karena Allah maha berkehendak dan kita harus ridho atas kehendak yang telah Allah berikan untuk kita. Misalnya, dalam satu keluarga sedang diberikan ujian dari Allah salah satu anggota keluarga dipanggil Allah SWT. Maka kita sebagai keluarga yang ditinggalkan harus ridho atas kehendak Allah itu, kita harus mendoakan keluarga kita yang telah dipanggil Allah dan kita sebagai keluarga yang ditinggalkan mesti bersabar, dan ikhlas menerima takdir Allah SWT. Sebaliknya ada seorang anak yang meratapi dan tidak henti-hentinya menangisi kepergian keluarganya yang telah meninggal dunia misalkan saja si pulan ditinggal sama ibunya, lalu pulan meratapi jenazah sang ibu dan menangis tanpa henti di hadapannya. Itu berarti pulan tidak menerima apa yang sudah menjadi kehendak Allah. Sama saja si pulan tidak mengikhlaskan kepergian si ibu yang sudah dipanggil oleh Allah SWT. Dalam hal ini, sikap pulan tidak baik untuk ditiru, sebaiknya yang dilakukan si pulan adalah meikhlaskan kepergian ibu meskipun ibu adalah hal yang paling berharga dan amat dia cintai akan tetapi yakinlah karena di balik kehendak Allah ini, Allah telah merencanakan Sesuatu. Bias jadi Allah mengambil sesuatu yang paling berharga dari kita dan akan memberikan suatu pengganti yang lebih indah untuk kita. Jadi kita mesti ikhlas dan ridho atas kehendak dan ketentuan Allah SWT.
Manfaat yang mesti kita petik dari pemaparan sifat Allah yang ini, bahwa diharapkan agar kita menyadari hakikat kehidupan kita, apalah artinya kita tanpa Allah Taala, kita hanyalah makhluk yang kerdil dan lemah di hadapanNya. Dari itu kita mesti banyak berdoa dan beribadah kepadaNya. Memohon sesuatu yang akan memberikan kebaikan untuk diri kita semua. Semua yang ada pada kita adalah milik Allah dan kita tidak berhak apa-apa atas apa yang sudah Allah kehendaki.
- Ilmu, artinya mengetahui. Sifat mustahilnya jahlun, artinya bodoh.
Sifat berikut ini menyatakan bahwasannya Allah maha mengetahui atas segala sesuatu baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat sedikit pun. Tidak ada yang luput dari pengetahuan Allah SWT. Allah maha luas ilmunya dan saking luasnya tidak ada yang bisa mengukur atau pun menuliskan ilmu Allah SWT.
Kita sebagai manusia, serigkali merasa kagum terhadap apa yang kita saksikan. Terhadap kecerdasan seseorang yang kita kagumi, kita takjub terhadap indahnya karya dan canggihnya teknologi yang diciptakan manusia. Kita mesti sadar, bahwasannya ilmu yang kita saksikan itu hanyalah sebagian kecil saja, yang diberikan Allah pada otak kita. Sungguh ilmu Allah jauh melampaui semua itu, begitu tingginya ilmu Allah sehingga kita tidak mampu untuk mengikuti dan memahaminya.
Hal ini dinyatakan dalam surat Al Hujurat ayat 16 yang artinya, “Katakanlah (Kepada Mereka) : Apakah Kamu Akan Memberitahukan Kepada Allah Tentang Agamamu (Keyakinanmu), Padahal Allah Mengetahui Apa Yang Ada Di Langit Dan Apa Yang Di Bumi, Dan Allah Maha Mengetahui Atas Segala Sesuatu.”(QS. Al Hujurat: 16).
Tidak ada yang tidak dapat diketahui oleh Allah, tiada yang luput dari penglihatan Allah. Maka apapun yang kita lakukan juga akan dilihat oleh Allah.
Dengan memahami sifat ilmu ini, semoga kita sebagai hamba Allah akan terdorong untuk terus menimba ilmu, selagi kita hidup, karena kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu yang kita ketahui, masih banyak lagi ilmu yang belum kita ketahui. Dan semakin banyak ilmu dan pengetahuan yang kita miliki semoga akan menambah rasa kagum dan syukur kita kepada Allah SWT. Betapa hebatnya Allah dan betapa tinggi ilmuNya. Dan betapa kepandaian kita ini belum apa-apa dibanding dengan kepandaian Allah SWT.
- Hayat, artinya hidup. Sifat mustahilnya mautun, artinya mati.
Hidupnya Allah berbeda dengan hidup manusia. Allah yang telah menghidupkan manusia sedangkan Allah sendiri tidak ada yang menghidupkan. Allah hidup dengan sendirinya. Kehidupan manusia tidak kekal seperti kekalnya Allah, manusia akan mengalami kematian, sedangkan Allah akan selalu hidup dan tidak akan pernah mati. Seperti yang telah dikatakan dalam surat Al Baqarah ayat 255 yang artinya : “Allah tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Allah Dia. Yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk hidupNya; tidak mengantuk dan tidak tidur. KepunyaanNya apa yang ada di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah, tanpa izinNya? Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, kecuali apa yang dikehendaki-Nya, kursi (kekuasaan) Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya. Allah maha Tinggi dan maha Besar.” (QS Al Baqarah 255).
Allah maha hidup, tidak ngantuk dan tidak juga tidur, apalagi mati. Dan selama itu pula Allah akan selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk hidupnya. Oleh sebab itu, hendaknya kita berhati-hati dalam bertindak dan melakukan sesuatu. Karena segala gerak gerik kita selalu diawasi dan dicatat oleh Allah, tidak ada yang terlewatkan. Dan nanti di akhirat semua perbuatan itu akan dipertanggung jawabkan oleh kita sebagai pelakunya.
- Sam’un, artinya mendengar. Sifat mustahilnya Samamum, artinya tuli.
Allah maha mendengar, maksudnya Allah dapat mendengar semua hal yang diucapkan manusia, meskipun manusia itu berbicara dengan suara yang pelan dan tidak terdengar sama sekali namun Allah akan selalu mendengar dan mengetahui ucapannya. Karena pendengaran Allah tidak terbatas dan tidak akan pernah sirna. Seperti dalam surat Al Maidah ayat 76 yang artinya : “Dan Allah yang maha mendengar lagi maha mengetahui” (QS. Al Maidah :76)
Allah maha mendengar, pendengaran Allah tidak terbatas oleh ruang, waktu dan jarak. Selemah apapun suara, Allah mendengarnya. Dan berbeda dengan pendengaran manusia yang hanya terbatas. Misalnya kita yang sedang berada di daerah Ciputat tidak bisa mendengar perkataan orang yang sedang berada di daerah Palembang. Karena jauhnya jarak itulah yang menjadi keterbatasan pendengaran kita. Meskipun bisa diatasi dengan keberadaan tekhnologi seperti adanya hp namun semua itu karena adanya bantuan dari suatu benda yang tidak akan bertahan lama, dan suaranya juga terbatas. Suara bisikan, suara yang terhalang oleh benda-benda tertentu, tetap tidak dapat kita dengarkan. Dan pendengaran manusia juga mengalami penurunan seiring dengan semakin tuanya umur kita. Tetapi Allah tidak, Allah akan selalu dapat mendengar suara sehalus apapun, atau yang malah tidak terdangar sama sekali oleh kita tapi Allah bisa karena pendengaran Allah tidak akan pernah melemah.
- Basar, artinya melihat. Sifat mustahilnya ‘Ama, artinya buta.
Allah maha melihat, dan mustahil Ia buta karena Allah maha sempurna. Penglihatan Allah tidak terbatas, ia dapat melihat perbuatan kita meskipun kita melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Allah mampu melihat. Baik yang jelas maupun yang tidak jelas. Allah akan selalu melihat sekecil apapun perbuatan kita. Dan tidak pernah lalai sedikitpun dari melihat perbuatan kita. Dalam surat Al Hujurat dikatakan yang artinya: “ Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hujurat: 18)
Dengan memahami sifat basar Allah ini, hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat karena akan selalu diawasi oleh Allah. Dan kita tidak bisa untuk berbohong atau menyembunyikan kebohongan apapun dari Allah. Kalau kepada manusia kita bisa membohongi namun kepada Allah kita tidak bisa membohongi karena Allah maha tahu dan maha melihat apapun bentuk kerjaan kita. Dan kelak di kemudian hari kita akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang kita kerjakan. Dari itu, sebaiknya kita melakukan hal-hal yang baik saja, agar kita tidak merasa takut dan cemas jika suatu saat akan diminta pertanggung jawaban.
- Kalam, artinya berfirman (berkata). Sifat mustahilnya bukmum, artinya bisu.
Allah bersifat kalam, hal ini bisa kita buktikan dan saksikan dengan melihat kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasulNya. Al Qur’an yang sering kit abaca sehari-hari adalah kita yang Allah wahyukan kepada nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup kita sebagai manusia. Seperti dalam surat An Nisa ayat 164 yang artinya: “ Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung (QS. An Nisa: 164)
Dengan adanya firman Allah menjadi bukti bahwa Allah memperhatikan kita sebagai hambaNya. Dengan perantara nabi dan rasul, Allah membimbing manusia untuk melakukan amal shaleh sesuai dengan yang diajarkan dalam kitab Allah SWT. Dari firman Allah juga, kita dapat mengetahui sejarah dan kisah-kisah umat terdahulu, sehingga kita dapat mengambil hikmah, mengikuti yang hak dan menjauhi yang bathil.
- Qadirun, artinya maha berkuasa. Sifat mustahilnya ‘Ajizun, artinya yang maha lemah.
Sifat Allah yang ini menyatakan bahwa Allah adalah zat yang maha berkuasa, Allah tidak lemah Ia berkuasa seluruhnya atas makhluk hidup dan seluruh ciptaanNya. Seperti dalam surat Al Baqarah ayat 20 yang artinya: “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah : 20)
Allahlah pemilik segala-galanya, yang di langit maupun di bumi, bumi beserta isinya; Manusia, jin, binatang, air, tanah, udara, angin, api, dan seluruh benda yang terlihat maupun tidak terlihat adalah milik Allah. Baju yang kita pakai, harta, suami, isteri, anak, rumah, dan segala kesenangan kita adalah milik Allah, dan adalah hak Allah untuk mengambil kembali apa yang telah diberikanNya dan apa yang menjadi milikNya, semua datang dari Allah. Allah yang menciptakan, Allah yang menghidupkan dan mematikan, Allah pula yang memberikan kesempatan, kesenangan kepada kita. Maka Allah pula yang mampu menarik kembali apa apa yang menjadi milikNya dan kita makhluk tak kuasa apa apa, tidak bisa menahan atau memundurkan, yang kita bisa hanyalah berdoa merendahkan diri serendah rendahnya dan mengharap seharap harapnya kepada Allah yang memiliki setiap keputusan. Makhluk tak kuasa apa apa, segala daya upaya dan rencana tak akan berjalan tanpa izin Allah SWT. Semua datang dari Allah, Allah maha kaya, maka hanya kepada Allah kita meminta dan memohon. Allah yang maha mendengar dan mengabulkan do’a. Semua ada ditangan Allah. Tiada makhluk yang sanggup mendengarkan kemudian mengabulkan atau menghadirkan atau menyelesaikan keluhan dan harapan dari sesama makhluk, makhluk punya kebutuhan dan keinginan untuk didengar dan diberi, Hanya Allah yang tak menginginkan sesuatupun dari makhluk yang tak berkurang dan bertambah kekuasaannya walaupun seluruh makhluk mendurhakainya. Allah lah yang selalu memberi dan memberi, semua ikan yang ada di laut, manusia, jin dan seluruh binatang melata yang terlihat maupun tidak terlihat rezekinya diatur oleh Allah SWT. Allah memiliki malaikat malaikat yang patuh dan tak pernah melanggar dari apa yang telah diperintahkannya, ada malaikat yang selalu memuji Allah, yang menjaga gunung, langit, mengantarkan rezeki, menyampaikan wahyu, membantu berperang dalam menegakkan kalimat Allah., mencatat amal baik dan buruk. Semua bekerja tanpa ada yang salah.
Dari mengenal sifat kuasa Allah itu semoga membuat kita bertambah yakin akan kekuasaan Allah. Karena di antara masalah keimanan kita kepada Allah, adalah keyakinan akan kekuasaan Allah. Kita harus mantapkan dalam diri akan kekuasaan Allah. Bahwa di tanganNyalah semuanya, Allah Maha mengatur, Allah Maha berkendak, Allah memuliakan sesuatu, juga Allah menghinakan segala sesuatu, yang dikehendakiNya. Jika, Allah menghendaki sesuatu terjadi, maka itu pasti terjadi, hanya dengan mengatakan Kum (Jadilah). Terutama dalam kondisi seperti saat ini, begitu banyak kejadian, berupa musibah yang menimpa kaum muslimin. Tahun ini saja, terjadi rentetan musibah, mulai dari banjir, tanah longsor, kecelakaan lalulintas, pembunuhan, serta berbagai wabah penyakit. Ini semua harus dihadapi dengan kekuatan iman kepada Allah, keyakinan atas takdir Allah. Semoga saja kejadian-kejadian tersebut semakin memperkokoh keimanan kita kepada Allah. Setidak-tidaknya, berbagai kejadian itu menjadi pelajaran bagi kita semua.
- Muridun, artinya maha berkehendak. Sifat mustahilnya mukrohun, artinya yang maha terpaksa.
Allah memiliki sifat muridun maksudnya Allah maha berkehendak atas semua makhluk hidup dan ciptaanNya, Allah berhak berkehendak atas takdir dan nasib semua makhlukNya. Tidak ada yang bisa menghalangi kehendak Allah Taala. Dalam surat Hud ayat 107 dikatakan, yang artinya: “Sesungguhnya TuhanMu maha melaksanakan apa yang Ia kehendaki.” (QS. Hud: 107)
Jika Allah SWT menghendaki sesuatu. Ia cukup hanya berfirman maka jadilah sesuatu yang dikehendakinya itu. Firman Allah SWT :
Artinya : “Sesungguhnyanya perintahnya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “Jadilah” maka terjadilah ia.” (QS Yaasiin ; 82)
Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak lekas putus asa bila kehendaknya tidak tercapai atau menemui kegagalan, sebab kewajiban manusia hanyalah berusaha dan yang menentukan adalah Allah SWT.
- ‘Alimun, artinya maha mengetahui. Sifat mustahilnya jahilun, artinya maha bodoh.
Sifat Allah ‘Alimun, yaitu Dzat Yang Maha Mengetahui. Allah mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia. “Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu.” (QS. An Nisa’: 176).
Allah SWT bersifat Maha Mengetahui, lawannya tidak tahu. Ilmu Allah SWT tidak ada batasnya karena Allah SWT yang menjadikan alam semesta ini. Allah SWT mengetahui segala sesuatu, baik nyata maupun tidak nyata. Allah Maha Berilmu dan merupakan sumber segala ilmu, sedangkan manusia hanya diberikan sedikit ilmu oleh Allah SWT, sebagaimana firmannya :
Artinya : “…Tidakkah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS Al Isra : 85)
Ilmu artinya mengetahui, maksudnya Allah SWT memiliki sifat Maha Mengetahui terhadap sesuatu. Sifat Allah itu sebagai bukti bahwa Allah tidak pernah didahului oleh ketidak tahuan, begitu pula ilmu Allah itu sangat luas dan tidak dibatasi oleh kelemahan dan kekurangan.
Allah SWT mengetahui yang nampak dan tersembunyi, mengetahui yang sudah terjadi dan akan terjadi yng ada di langit dan di bumi, bahkan yang tersembunyi di dalam diri setiap manusia. Firman Allah SWT:
Artinya: Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Al Hujurat : 18
Allah mustahil bersifat Jahlun (bodoh), karena bodoh merupakan sifat kekurangan, sedangkan Allah SWT Maha Sempurna.
Bahkan Allah SWT mengetahui hal yang lahir dan yang ghaib seluruhnya, termasuk mengetahui jalannya semut hitam diatas batu hitam ditengah malam yang kelam.
Allah SWT mengetahui sebutir debu yang melayang di angkasa raya tanpa cahaya. Allah mengetahui segala gerakan makhluk, termasuk gerakan hati makhluknya. Tak ada yang terlepas dari pengetahuan Allah walaupun satu atau sekejap saja.
Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak sombong bila memiliki ilmu pengetahuan sebab ilmu Allah teramat luas dan ilmu manusia terbatas. Dan kapanpun jika Allah menginginkan Allah bias mencabut ilmu dari manusia yang telah Ia anugerahi.
- Hayyun, artinya zat yang maha hidup. Sifat mustahilnya mayyitun, artinya yang mati.
Allah adalah Dzat Yang Hidup. Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah. “Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati. “ (QS. Al Furqon: 58).
Allah memiliki keadaan yang maha hidup, tidak akan mati. Allah akan selalu abadi dan kekal. Berbeda dengan semua makhluk hidupnya, yang akan mati dan binasa. Dan Allah yang akan menentukan kapan berakhirnya kehidupan seseorang, maupun waktu berakhirnya alam semesta ini atau kehancuran alam semesta yang disebut kiamat.
Kehidupan Allah SWT sempurna dalam arti dia hidup untuk selama-lamanya (hidup sempurna), tidak seperti hidupnya manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan serta benda lain yang mengalami kebinasan. Allah SWT kekal. Kalau Allah SWT mati atau tidak hidup tentu tidak akan ada makhluk hidup. Hal ini dapat disimak dalam Al Qur’an. Firman Allah SWT :
Artinya : “Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.” (QS Al Furqan : 58)
Sesuai dengan kekuasaannya, Allah memiliki sifat Hayat yang mutlak, hidup dengan sendirinya dan sifatnya kekal. Hidup tidak pernah berakhir dengan kematian, karena mati hanyalah milik makhluk. Dengan demikian wajib bagi Allah SWT bersifat hayat, dan mustahil bagiNya besifat maut.
Dari pengenalan sifat Allah yang maha hidup ini, semoga dapat menambah keimanan kita akan adanya Allah. Akan kekalanNya, dan menjadikan kita lebih berhati-hati menjalani kehidupan di dunia fana ini. Karena tidak ada yang kekal dan akan hidup selamanya di bumi kecuali Allah SWT.
- Sami’un, artinya zat yang maha mendengar. Sifat mustahilnya Ashamma, artinya yang maha tuli.
Allah adalah Dzat Yang Maha Mendengar. Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya. Dalam firmanNya surat Al Baqarah yang artinya: “Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. “ (QS. Al Baqoroh: 256).
Tak ada satu suara pun yang keluar dari pendengaran Allah SWT, termasuk suara hati makhluk, akan tetapi Allah SWT mendengar tanpa telinga seperti menampar tanpa tangan dan melihat tanpa mata, seperti manusia.
Dan Mendengarnya Allah SWT tidak sama dengan mendengarnya manusia. Pendengaran manusia dapat mengalami gangguan, seperti menjadi tuli dan tidak dapat mendengar. Ketajaman pendengaran manusia terbatas dan tidak sama antara satu dengan yang lainnya.
Allah Maha Mendengar, tidak ada suara yang tidak didengar oleh Allah SWT. Tidak ada kesulitan bagi allah SWT mendengar semua suara walaupun suara itu sangat lemah. Bahkan suara hati manusia akan didengar oleh Allah SWT. Orang yang beriman kepada Allah SWT niscaya akan merasa senang dan tenang karena tidak khawatir bahwa doa atau permohonannya tidak akan didengar oleh Allah SWT. Firman Allah SWT ;
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah : 127)
Setiap muslim di manapun berada, siang atau malam, di tempat ramai atau tersembunyi, senantiada didengar oleh Allah SWT. Sikap ini harus ditanamkan dalam perilaku sehari – hari. Tidak ada kesulitan bagi Allah mendengar sesuatu dan semua suara walaupun suara itu sangat lemah, bahkan suara hati manusia akan didengar oleh Allah SWT.
Manfaat mempelajarinya: agar manusia dalam berbicara harus berhati – hati, jangan berkata kotor, porno, atau cabul, sebab dimana manusia berbicara Allah pasti mendengar.
- Basirun, artinya zat yang maha melihat. Sifat mustahilnya A’maa, artinya yang maha buta.
Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat. Sifat Allah ini tidak terbatas seperti halnya penglihatan manusia. Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik. Dalam surat Al hujurat ayat 18 dikatakan, yang artinya: “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. “ (QS. Al Hujurat: 18).
Allah maha melihat, tak ada satu gerakanpun, tak ada satu makhlukpun yang terhindar dari penglihatan Allah Swt, Allah melihat bukan dengan mata seperti manusia, akan tetapi dengan cara yang berbeda yang kita belum diberitahukan oleh Allah SWT.
Allah maha melihat kepada seluruh makhluknya. Penglihatan Allah sangat luas tidak dibatasi oleh suatu apapun. Allah maha melihat terhadap yang nampak maupun yang tersembunyi.
Manfaat mempelajarinya: agar manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini hati-hati, jangan berbuat maksiat sebab Allah pasti melihat meskipun di mana saja kita berada.
- Mutakallimun, artinya zat yang berfirman. Sifat mustahilnya Abkama, artinya yang maha bisu.
Sifat Allah ini berarti yang Berbicara. Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran. Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah SWT.
Maha berfirman bagi Allah SWT. Seperti Firman Allah secara langsung kepada nabi Musa as. Akan tetapi Allah berkata tanpa suara berbicara tanpa kata-kata, akan tetapi sangat memahami bagi pendengar-Nya. Tak tentu arah dari mana asal suara tersebut dan kemana berlalunya arah suara tersebut.
Allah maha berfirman atau berkata artinya Allah itu tidak bisu, namun perkataan Allah tidak sama atau serupa dengan kita sebagai manusia atau makhluk-makhluk Allah yang lain. Karena Allah mukhalafatuhu lil hawadits seperti yang telah kita bahas di atas, Allah berbeda dengan semua hasil ciptaanNya.
Kalam Allah SWT adalah sempurna. Terbukti dalam firmanNya yang termaktub dalam Al Qur’an yang sempurna. Karena itu tidak ada bahasa manusia yang dapat menggantikan bahasa (kalam) Allah SWT, karena kalam Allah SWT itu bersih dari segala kata manusia.
Demikian sudah kita telusuri bersama apa saja sifat-sifat Allah SWT yang wajib kita imani. Kemudian selain dari sifat-sifat tersebut di atas, ada juga sifat-sifat Allah yang berasal dari asmaul husna. Asmaul Husna adalah nama-nama yang baik yang merupakan sifat-sifat Allah SWT. Nama-nama itu banyak kita jumpai dalam Al Qur’an. Diantara nama-nama Allah SWT yang juga sekaligus merupakan sifat-sifat Allah SWT, ialah :
- Al ‘Adlu (Adil)
Allah SWT Maha Adil terhadap makhluknya, terbukti dalam segala hal, baik yang meyangkut urusan keduniaan maupun urusan akhirat. Misalnya, dalam ibadah Allah SWT tidak membeda-bedakan si kaya dan si miskin, antara pejabat dengan staff dan sebagainnya. Kadar yang menjadi ukuran di sisi Allah SWT ialah ketakwaan hamba-hambanya. Allah SWT berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS An Nahl : 90)
- Al Ghaffar (Pengampun)
Al Ghaffar merupkan sifat Allah yang artinya Pengampun. Maghfirah (ampunan) Allah SWT selalu dilimpahkan kepada makhluknya yang mau mengakui kesalahan dan bertaubat. Sifat pengampun Allah SWT ini dapat dilihat dalam firmannya :
Artinya : “Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Shaad : 66)
- Al Hakim (Bijaksana)
Di antara sifat Allah SWT adalah Al Hakim, artinya bijaksana. Kebijaksanaan Allah SWT tidak terbatas kepada bentuk ciptaannya saja, tetapi mencakup segala hal. Sebagai contoh, segala yang diperintahkan Allah SWT, baik yang mengandung ibadah maupun muamalah, selalu mengandung hikmah dan bila dikerjakan akan mendapat pahala. Sebaliknya, sesuatu yang dilarang ada Hikmahnya dan bila di tinggalkan akan mendapat pahala. Sifat bijaksana ini dapat diperhatikan pada ayat berikut ini:
Artinya: “Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Ali Imran : 6)
- Al Malik (Raja)
Al Malik adalah sifat Allah SWT yang berarti raja. Allah SWT merajai segala apa yang ada di alam ini. Sebagai raja, Dia memiliki sifat kekuasaan dan kesempurnaan, tidak seperti raja di dunia ini yang banyak kekurangan dan kelemahan. Kalau Allah SWT sudah memutuskan sesuatu tak ada satupun yang dapat menolaknya dan kalau Allah SWT melarang sesuatu tidak ada satupun yang dapat mencegahnya. Allah SWT berfirman :
Artinya: “Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (QS Al Mukminuun : 116)
- Al Hasib (Pembuat Perhitungan)
Al Hasib adalah sifat Allah SWT yang maksudnya Pembuat Perhitungan. Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT tentunya sudah diperhitungkan dengan cermat dan tepat. Balasan yang berlipat ganda akan diberikan Allah SWT kepada orang-orang yang bersyukur dan berbuat baik. Perhitungan Allah SWT selalu tepat dalam memberi pahala kepada orang yang bebruat kebajikan dan siksa kepada orang yang ingkar kepadanya. Oleh karena itu, sebelum melakukan tindakan, kita harus memperhiutngkan baik buruknya secara cermat, sebab Allah SWT akan menghitung semua amal kita di dunia ini. Allah SWT berfirman:
Artinya: “…Sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan atas segala sesuatu.” (QS An Nisa : 86)
Dengan memahami dan menghayati sifat-sifat dan asma Allah SWT diharapkan akan tumbuh dalam diri manusia kesadaran akan keagungan, kebesaran dan ke Maha Pengasihan Allah SWT terhadap sesama makhluknya. Dengan demikian, pada akhirnya dapat melahirkan keimanan, sikap pengabdian, rendah hati, mengasihi sesama dan berhati lembut.

REFERENSI
Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Islam & Kesehatan Mental, (Jakarta: PT.Toko Gunung Agung Tbk, 2001), cet. 9
Al Quran dan Terjemahnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar